MAKALAH
KOMUNITAS
PHBS
( PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT ) DI SEKOLAH
![](file:///C:/Users/ERNA/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.png)
Nama
Kelompok II ( B-6 ):
1.
Barokhatul ( 121.0007 BP )
2.
Choiriyah ( 121.0008 BP )
3.
Dewi Julah ( 121.0009 BP )
4.
Didik Dwi W ( 121.0010BP )
5.
Dyah Hartati ( 121.0011 BP )
6.
Endang ( 121.0012 BP )
6.
Sophia Purwanti ( 121.0032 BP )
PROGRAM
STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
T.A
2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT,
karena berkat rahmat, hidayahnya, serta karunianya kami dapat menyelesaikan
Makalah ini tentang PERILAKU BERSIH HIDUP SEHAT ( PHBS ) DI SEKOLAH.
Makalah
ini kami susun dengan guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan
komunitas. Dengan segenap kerendahan hati tidak lupa kami ucapkan terimakasih
banyak kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelasaikan makalah ini,
terutama kepada dosen mata kuliah tersebut.
Kami
menyadari dengan segenap hati bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka
dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
kesempurnaan makalah kami.
Demikian
atas perhatian kami ucapkan terimakasih, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua, Amin.
Penyusun
Kelompok II
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Konsep Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat
Pengertian PHBS
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah
bentuk perwujudan paradigma sehat dalam budaya perorangan, keluarga, dan
masyarakat yang berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan, memelihara,
dan melindungi kesehatannya baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial.
Selain itu juga program perilaku hidup bersih dan sehat bertujuan memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, kelompok,
keluarga, dengan membuka jalur komunikasi, informasi, dan edukasi untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku sehingga masyarakat sadar, mau,
dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat melalui pendekatan
pimpinan (advocacy), bina suasana (social support), dan
pemberdayaan masyarakat (empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat
mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri terutama pada tatanannya
masing-masing (Depkes RI, 2002).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah
sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran yang menjadikan individu/kelompok dapat menolong dirinya sendiri
dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat (Dinkes Jabar, 2010).
Tujuan PHBS
Menurut Depkes RI (1997), Tujuan dari PHBS
adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan kemampuan
masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, serta meningkatkan peran serta aktif
masyarakat termasuk dunia usaha dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal.
Strategi PHBS
Strategi adalah cara atau pendekatan yang
dilakukan untuk mencapai tujuan PHBS. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan
telah menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan dan PHBS yaitu:
1. Gerakan Pemberdayaan (Empowerment)
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi
secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta
proses membantu sasaran agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi
tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau(aspek
attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang
diperkenalkan (aspek practice).
Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu
dan keluarga serta kelompok masyarakat. Bilamana sasaran sudah pindah dari mau
ke mampu melaksanakan boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam
hal ini kepada yang bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung, tetapi yang
sering kali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke dalam proses
pengorganisasian masyarakat (community organization) atau
pembangunan masyarakat (community development). Untuk itu sejumlah
individu yang telah mau dihimpun dalam suatu kelompok untuk bekerjasama
memecahkan kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang kelompok ini pun masih juga
memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah atau dari dermawan). Disinilah
letak pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dan PHBS dengan program
kesehatan yang didukungnya.
2. Bina Suasana (Social Support)
Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan
sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku
yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu
apabila lingkungan sosial dimanapun ia berada (keluarga di rumah, orang-orang
yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan bahkan
masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut. Oleh karena itu,
untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat khususnya dalam upaya
meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan Bina
Suasana. Terdapat tiga pendekatan dalam Bina Suasana yaitu: pendekatan
individu, pendekatan kelompok, dan pendekatan masyarakat umum.
3. Pendekatan Pimpinan (Advocacy)
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis
dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders).
Pihak-pihak yang terkait ini bisa brupa tokoh masyarakat formal yang umumnya
berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah.
Juga dapat berupa tokoh-tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh pengusaha,
dan yang lain yang umumnya dapat berperan sebagai penentu “kebijakan” (tidak
tertulis) dibidangnya dan atau sebagai penyandang dana non pemerintah. Perlu
disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi jarang
diperoleh dalam waktu yang singkat. Pada diri sasaran advokasi umumnya
berlangsung tahapan-tahapan yaitu: a) mengetahui atau menyadari adanya masalah,
b) tertarik untuk ikut mengatasi masalah, c) peduli terhadap pemecahan masalah
dengan mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan masalah, d) sepakat untuk
memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah, dan
e) memutuskan tindak lanjut kesepakatan.
Tatanan PHBS
Ada lima tatanan PHBS yakni: tatanan rumah tangga, tatanan
pendidikan, tempat umum, tempat kerja, dan institusi kesehatan.
BAB II
ISI PEMBAHASAN
2.1 PHBS di Tatanan Pendidikan (Sekolah)
2.11 Pengertian PHBS di Sekolah
PHBS di sekolah adalah
upaya untuk memperdayakan siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar
tahu, mau, dan mampu mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan
sekolah sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat juga merupakan sekumpulan
perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan
sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara
mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya , serta berperan
aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat (Depkes RI, 2007).
Tujuan PHBS di Sekolah
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di
sekolah mempunyai tujuan yakni:
Tujuan Umum:
Memperdayakan setiap siswa, guru, dan
masyarakat lingkungan sekolah agar tau, mau, dan mampu menolong diri sendiri di
bidang kesehatan dengan menerapkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan
sekolah sehat.
Tujuan Khusus:
a. Meningkatkan
pengetahuan tentang PHBS bagi setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan
sekolah.
b. Meningkatkan
peran serta aktif setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah ber
PHBS di sekolah.
c. Memandirikan
setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah ber PHBS.
Manfaat PHBS di Sekolah
Manfaat bagi siswa:
a. Meningkatkan
kesehatannya dan tidak mudah sakit
b. Meningkatkan
semangat belajar
c. Meningkatkan
produktivitas belajar
d. Menurunkan
angka absensi karena sakit
Manfaat bagi warga sekolah:
a. Meningkatnya
semangat belajar siswa berdampak positif terhadap pencapaian target dan tujuan
b. Menurunnya biaya kesehatan
yang harus dikeluarkan oleh orangtua
c. Meningkatnya
citra sekolah yang positif
Manfaat bagi sekolah:
a. Adanya
bimbingan teknis pelaksanaan pembinaan PHBS di sekolah
b. Adanya
dukungan buku pedoman dan media promosi PHBS di sekolah
Manfaat bagi masyarakat
a. Mempunyai
lingkungan sekolah yang sehat
b. Dapat
mencontoh perilaku hidup bersih dan sehat yang diterapkan oleh sekolah
Manfaat bagi pemerintah
provinsi/kabupaten/kota
a. Sekolah
yang sehat menunjukkan kinerja dan citra pemerintah provinsi/kabupaten/kota
yang baik
b. Dapat
dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam pembinaan PHBS di sekolah
Sasaran PHBS di Sekolah
a. Siswa Peserta Didik
b. Warga Sekolah (Kepala Sekolah, Guru,
Karyawan Sekolah, Komite Sekolah, dan Orangtua Siswa)
c. Masyarakat Lingkungan Sekolah
(penjaga kantin, satpam, dll)
Strata PHBS di Sekolah
Tabel Strata PHBS di
Sekolah
Strata Pratama
|
Strata Madya
|
Strata Utama
|
1. Memelihara rambut agar bersih dan rapih
2. Memakai pakaian bersih dan rapih
|
Perilaku di strata
pertama ditambah:
8. memberantas jentik
nyamuk
|
Perilaku di strata
madya ditambah:
13. mengkonsumsi
jajanan sehat di kantin sekolah
|
3. Memelihara kuku agar selalu pendek dan bersih
|
9. menggunakan jamban
yang bersih dan sehat
|
14. menimbang berat
badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan
|
4. Memakai sepatu bersih dan rapih
|
10. menggunakan air
bersih
|
|
5. Berolahraga teratur dan terukur
|
11. mencuci tangan
dengan air mengalir dan memakai sabun
|
|
6. Tidak merokok di sekolah
|
12. membuang sampah ke
tempat sampah yang terpilah (sampah basah, sampah kering, sampah berbahaya)
|
|
7. Tidak menggunakan NAPZA
|
Indikator PHBS di Sekolah
A. Memelihara Rambut Agar Bersih dan Rapih
Mencuci rambut secara
teratur dan menyisirnya sehingga terlihat rapih. Rambut yang bersih adalah
rambut yang tidak kusam, tidak berbau, dan tidak berkutu. Memeriksa kebersihan
dan kerapihan rambut dapat dilakukan oleh dokter kecil/kader kesehatan/guru UKS
minimal seminggu sekali.
B. Memakai Pakaian Bersih dan Rapih
Memakai baju yang tidak ada
kotorannya, tidak berbau, dan rapih. Pakaian yang bersih dan rapih diperoleh
dengan mencuci baju setelah dipakai dan dirapikan dengan disetrika. Memeriksa
baju yang dipakai dapat dilakukan oleh dokter kecil/kader
kesehatan/guru UKS minimal seminggu sekali.
C. Memelihara Kuku Agar Selalu Pendek dan
Bersih
Memotong kuku sebatas ujung
jari tangan secara teratur dan membersihkannya sehingga tidak hitam/kotor.
Memeriksa kuku secra rutin dapat dilakukan oleh dokter kecil/kader
kesehatan/guru UKS minimal seminggu sekali.
D. Memakai Sepatu Bersih dan Rapih
Memakai sepatu yang tidak
ada kotoran menempel pada sepatu, rapih misalnya ditalikan bagi sepatu yang
bertali. Sepatu bersih diperoleh bila sepatu dibersihkan setiap kali sepatu
kotor. Memeriksa sepatu yang dipakai siswa dapat dilakukan oleh dokter
kecil/kader kesehatan/guru UKS minimal seminggu sekali.
E. Berolahraga Teratur dan Terukur
Siswa/Guru/Masyarakat
sekolah lainnya melakukan olahraga/aktivitas fisik secara teratur minimal tiga
kali seminggu selang sehari. Olahraga teratur dapat memelihara kesehatan fisik
dan mental serta meningkatkan kebugaran tubuh sehingga tubuh tetap sehat dan
tidak mudah jatuh sakit. Olahraga dapat dilakukan di halaman secara
bersama-sama, di ruangan olahraga khusus (bila tersedia), dan juga di ruangan
kerja bagi guru/ karayawan sekolah berupa senam ringan dikala istirahat sejenak
dari kesibukan kerja. Sekolah diharapkan membuat jadwal teratur untuk
berolahraga bersama serta menyediakan alat/sarana untuk berolahraga.
F. Tidak Merokok di Sekolah
Anak
sekolah/guru/masyarakat sekolah tidak merokok di lingkungan sekolah. Merokok
berbahaya bagi kesehatan perokok dan orang yang berada di sekitar perokok.
Dalam satu batang rokok yang diisap akan dikeluarkan 4000 bahan kimia berbahaya
diantaranya: Nikotin (menyebabkan ketagihan dan kerusakan jantung serta
pembuluh darah); Tar (menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker) dan CO
(menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen sehingga sel-sel
tubuh akan mati). Tidak merokok di sekolah dapat menghindarkan anak
sekolah/guru/masyarkat sekolah dari kemungkinan terkena penyakit-penyakit
tersebut diatas. Sekolah diharapkan membuat peraturan dilarang merokok di
lingkungan sekolah. Siswa/guru/masyarakat sekolah bisa saling mengawasi diantara
mereka untuk tidak merokok di lingkungan sekolah dan diharapkan mengembangkan
kawasan tanpa rokok/kawasan bebas asap rokok.
G. Tidak Menggunakan NAPZA
Anak sekolah/guru/masyarkat
sekolah tidak menggunakan NAPZA (Narkotika Psikotropika Zat Adiktif).
Penggunaan NAPZA membahayakan kesehatan fisik maupun psikis pemakainya.
H.
Memberantas Jentik Nyamuk
Upaya untuk memberantas
jentik di lingkungan sekolah yang dibuktikan dengan tidak ditemukan jentik
nyamuk pada: tempat-tempat penampungan air, bak mandi, gentong air, vas bunga,
pot bunga/alas pot bunga, wadah pembuangan air dispenser, wadah pembuangan air
kulkas, dan barang-barang bekas/tempat yang bisa menampung air yang ada di
sekolah. Memberantas jentik di lingkungan sekolah dilakukan dengan pemberantasan
sarang nyamuk (PSN) melalui kegiatan: menguras dan menutup tempat-tempat
penampungan air, mengubur barang-barang bekas, dan menghindari gigitan nyamuk.
Dengan lingkungan bebas jentik diharapkan dapat mencegah terkena penyakit
akibat gigitan nyamuk seperti demam berdarah, cikungunya, malaria, dan kaki
gajah. Sekolah diharapkan dapat membuat pengaturan untuk melaksanakan PSN
minimal satu minggu sekali.
I. Menggunakan
Jamban yang Bersih dan Sehat
Anak
sekolah/guru/masyarakat sekolah menggunakan jamban/WC/kakus leher angsa dengan
tangki septic atau lubang penampungan kotoran sebagai pembuangan akhir saat
buang air besar dan buang air kecil. Menggunakan jamban yang bersih setiap
buang air kecil ataupun buang air besar dapat menjaga lingkungan di sekitar
sekolah menjadi bersih, sehat, dan tidak berbau. Disamping itu tidak mencemari
sumber air yang ada disekitar lingkungan sekolah serta menghindari datangnya
lalat atau serangga yang dapat menularkan penyakit seperti: diare, disentri,
tipus, kecacingan, dan penyakit lainnya. Sekolah diharapkan menyediakan jamban
yang memenuhi syarat kesehatan dalam jumlah yang cukup untuk seluruh siswa
serta terpisah antara siswa laki-laki dan perempuan. Perbandingan jamban dengan
pemakai adalah 1:30 untuk laki-laki dan 1:20 untuk perempuan
J. Menggunakan Air Bersih
Anak
sekolah/guru/masyarakat sekolah menggunakan air bersih untuk kebutuhan
sehari-hari di lingkungan sekolah. Sekolah diharapkan menyediakan sumber air
yang bisa berasal dari air sumur terlindung, air pompa, mata air terlindung,
penampungan air hujan, air ledeng, dan air dalam kemasan (sumber air berasal
dari smur pompa, sumur, mata air terlindung berjarak minimal 10 meter dari
tempat penampungan kotoran atau limbah/WC). Air diharapkan tersedia dalam
jumlah yang memenuhi kebutuhan dan tersedia setiap saat.
K. Mencuci Tangan dengan Air
Mengalir dan Memakai Sabun
Sekolah/guru/masyarakat
sekolah selalu mencuci tangan sebelum makan, sesudah buang air besar/sesudah
buang air kecil, sesudah beraktivitas, dan atau setiap kali tangan kotor dengan
memakai sabun dan air bersih yang mengalir. Air bersih yang mengalir akan
membuang kuman-kuman yang ada pada tangan yang kotor, sedangkan sabun selain
membersihkan kotoran juga dapat membunuh kuman yang ada di tangan. Diharapkan
tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman serta dapat mencegah terjadinya
penularan penyakit seperti: diare, disentri, kolera, tipus, kecacingan,
penyakit kulit, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan flu burung.
L. Membuang Sampah ke Tempat Sampah
yang Terpilah
Anak
sekolah/guru/masyarakat sekolah membuang sampah ke tempat sampah yang tersedia.
Diharapkan tersedia tempat sampah yang terpilah antara sampah organik,
non-organik, dan sampah bahan berbahaya. Sampah selain kotor dan tidak sedap
dipandang juga mengandung berbagai kuman penyakit. Membiasakan membuang sampah
pada tempat sampah yang tersedia akan sangat membantu anak
sekolah/guru/masyarakat sekolah terhindar dari berbagai kuman penyakit.
M. Mengkonsumsi Jajanan Sehat dari
Kantin Sekolah
Anak
sekolah/guru/masyarakat sekolah mengkonsumsi jajanan sehat dari kantin/warung
sekolah atau bekal yang dibawa dari rumah. Sebaiknya sekolah menyediakan warung
sekolah sehat dengan makanan yang mengandung gizi seimbang dan bervariasi,
sehingga membuat tubuh sehat dan kuat, angka absensi anak sekolah menurun, dan
proses belajar berjalan dengan baik.
N. Menimbang Berat Badan dan
Mengukur Tinggi Badan Setiap Bulan
Siswa ditimbang berat badan
dan diukur tinggi badan setiap bulan agar diketahui tingkat pertumbuhannya.
Hasil penimbangan dan pengukuran dibandingkan dengan standar berat badan dan
tinggi badan sehingga diketahui apakah pertumbuhan siswa normal atau tidak
normal.
2.1.2 Keterkaitan PHBS dengan UKS
(Usaha Kesehatan Sekolah)
Usaha Kesehatan Sekolah
adalah upaya untuk membina dan mengembangkan kebiasaan hidup sehat yang
dilakukan secara terpadu melalui program pendidikan dan pelayanan kesehatan di
sekolah, perguruan agama serta usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka
pembinaan dan pemeliharaan kesehatan di lingkungan sekolah. Usaha Kesehatan
Sekolah adalah usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah-sekolah
dengan anak didik beserta lingkungan hidupnya sebagai sasaran utama sehingga
akan membentuk perilaku hidup sehat dan menghasilkan derajat kesehatan yang
optimal. (Effendy, 1998).
Tujuan Usaha Kesehatan
Sekolah adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan perestasi belajar peserta
didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat
kesehatan peserta didik sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang
harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia indonesia seutuhnya.
Usaha Kesehatan Sekolah juga bertujuan untuk memupuk kebiasaan hidup sehat dan
meningkatkan derajat kesehatan peserta didik yang mencakup:
a) menurunkan angka kesakitan anak sekolah,
b) meningkatkan kesehatan peserta didik baik
fisik, mental, maupun sosial,
c) agar peserta didik mempunyai pengetahuan,
sikap, dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip-prinsip hidup sehat serta
berpartisipasi aktif dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah,
d) meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan
terhadap anak sekolah,
e) meningkatkan daya tangkal dan daya hayat
terhadap pengaruh buruk narkotika, rokok, alkohol, dan obat berbahaya lainnya.
Untuk meningkatkan
kesadaran hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik, dilakukan upaya
menanamkan prinsip hidup sehat sedini mungkin melalui pendidikan kesehatan,
pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat yang dikenal dengan
istilah tiga program pokok (trias) UKS yakni: pendidikan kesehatan (Health
Education in School), pelayanan kesehatan(School Health Service),
dan pembinaan lingkungan sekolah sehat. Dengan demikian dengan adanya fasilitas
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) akan sangat menunjang terwujudnya perilaku hidup
bersih dan sehat di sekolah.
2.1.3 Keterkaitan PHBS dengan Keperawatan
Kesehatan di Sekolah
Keperawatan sekolah adalah
keperawatan yang difokuskan kepada anak di tatanan pendidikan guna memenuhi
kebutuhan anak dengan mengikutsertakan keluarga maupun masyarakat sekolah dalam
perencanaan pelayanan. Perawatan kesehatan sekolah mengaplikasikan praktek
keperawatan untuk memenuhi kebutuhan unit individu, kelompok, dan masyarakat
sekolah. Keperawatan kesehatan sekolah merupakan salah satu jenis pelayanan
kesehatan yang ditujukan untuk mewujudkan dan menumbuhkan kemandirian siswa
untuk hidup sehat, menciptakan lingkungan, dan suasana sekolah yang sehat.
Fokus utama perawat kesehatan sekolah adalah siswa dan lingkungannya dan
sasaran penunjang adalah guru dan kader (Roni, 2010).
Perawat sekolah merupakan
salah satu dari beberapa orang yang ditempatkan untuk memberikan arahan
terhadap program kesehatan sekolah terkoordinasi. Perawat dapat berperan
sebagai manajer, konsultan, pendidik, pelaksana maupun peneliti di bidang
keperawatan dengan area khusus sekolah. Perawat dapat melaksanakan skrining
kesehatan, memberikan pelayanan dasar untuk luka dan keluhan minor dengan
memberikan pengobatan sederhana, memantau status imunisasi siswa dan keluarganya
dan aktif juga dalam mengidentifikasikan anak-anak yang mempunyai masalah
kesehatan. Perawat perlu memahami peraturan yang ada menyangkut anak usia
sekolah seperti memberikan libur kepada siswa karena adanya penyakit menular,
kutu, kudis, dan parasit lain. Dalam melaksanakan perannya sebagai konsultan
terutama untuk para guru, perawat dapat memberikan informasi tentang pentingnya
memberikan pengajaran kesehatan di kelas, pengembangan kurikulum yang terkait
dengan kesehatan, serta cara-cara penanganan kesehatan yang bersifat khusus dan
kecacatan (Sumijatun, 2005).
The National Association of
School Nurses (NASN)
menyatakan ada tiga peran perawat komunitas di sekolah yaitu:
1. Peran
klinik (Generalist Clinical Role)
Ø Perawat
komunitas dalam peran klinik akan memberikan pelayanan, konseling, pendidikan
kesehatan kepada siswa dan keluarga. Pelayanan ini diintegrasikan dengan
program sekolah.
Ø Pearawat
klinik bekerja di sekolah yang memberikan pelayanan selama jam sekolah. Perawat
membaur dengan fungsional sehari-hari komunitas sekolah.
Ø Mengindentifikasi
siswa, keluarga, dan guru dari resiko gangguan kesehatan (case finding),
mengembangkan dan implementasi intervensi yang sesuai dengan kebutuhan
kesehatan dan menyusun kebijakan dan program yang sesuai untuk memecahkan
permasalahan baik yang aktual maupun potensial.
2. Peran
Perawatan Primer (Primary Role)
Perawat komunitas melaksanakan teknik
tindakan keperawatan sesuai prosedur. Selain itu dalam melaksanakan perannya
berkoordinasi dengan petugas kesehatan yang lain. Beberapa item yang menjadi
perhatian dalam peran ini antara lain: kesehatan fisik, kesehatan emosional,
kebiasaan (makan, merokok), perhatian sosial (lingkungan rumah, kemiskinan).
3. Peran
Manajemen (Management Role)
a. Mengembangkan,
koordinasi, dan evaluasi program kesehatan sekolah
b. Mengembangkan
dan implementasi kebijakan dan prosedur kesehatan sekolah
c. Manajemen
kasus pada siswa dan keluarga dengan kebutuhan kesehatan yang khusus
d. Supervisi
dan evaluasi pada tenaga kesehatan yang lain dan mendukung personal
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
PHBS ( Perilaku Hidup
Bersih Sehat ) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran,
sehingga keluarga beserta semua yang ada di dalamnya dapat menolong dirinya
sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan
dimasyarakat.
PHBS di sekolah adalah upaya untuk
memperdayakan siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau,
dan mampu mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat.
Perilaku hidup bersih dan sehat juga merupakan sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar
kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah
penyakit, meningkatkan kesehatannya , serta berperan aktif dalam mewujudkan
lingkungan sehat (Depkes RI, 2007).
3.2 Saran
Diharapkan PHBS
di Tatanan Sekolah dapat terlaksana dengan semaksimalmungkin sehingga para
peserta didik, guru, dan lingkungan sekitarnya dapat berperilaku hidup yang
selayaknya / hidup bersih sehat.
DAFTAR PUSTAKA
http ://www.asho-aceh.org/artikel/Training%20module-HEALTH/PHBS.
Sumijatun,et al.2005. Konsep Dasar Keperawatan
Komunitas.Jakarta : EGC
www.phbssekolah.com
h
Tidak ada komentar:
Posting Komentar